Jakarta, CNBC Indonesia – Teknologi kecerdasan buatan (AI) yang mendulang popularitas dalam 2 tahun terakhir memicu beberapa kekhawatiran. Salah satunya, pemanfaatan AI untuk alat perang yang bisa bikin dunia kacau balau.
Israel dan beberapa negara lain dilaporkan sedang mengembangkan senjata super canggih dengan memanfaatkan AI. Menurut laporan The New York Times, senjata berupa drone otomatis pembunuh manusia itu sebentar lagi akan menjadi kenyataan.
Drone berbasis AI mampu mendeteksi dan membidik target secara akurat. Selain Israel, drone AI ini juga dikembangkan oleh Amerika Serikat (AS) dan China.
Kritikus mengatakan ‘robot pembunuh’ menandai pengembangan AI yang mengkhawatirkan. Hidup-mati manusia seakan diserahkan sepenuhnya ke mesin tanpa campur tangan manusia.
Beberapa negara telah melobi PBB untuk mengeluarkan kebijakan pelarangan AI dalam menciptakan drone pembunuh. Namun, AS merupakan salah satu negara yang menentang negosiasi tersebut.
Israel, Rusia, dan Australia juga sependapat dengan AS. Negara-negara ini ingin pengembangan teknologi untuk kepentingan militer tak dibatasi, menurut laporan The Times.
“Isu ini adalah poin paling signifikan untuk masa depan kemanusiaan,” kata Alexander Kmentt, ketua negosiator Austria, kepada The Times, dikutip Minggu (14/1/2024).
Kmentt mengatakan senjata otomatisasi akan membuat perubahan yang fundamental. Penggunaannya bisa memicu masalah hukum dan etika.
Menurut laporan yang dipublikasikan awal tahun ini, Pentagon sedang menyiapkan ribuan drone yang ditenagai AI untuk kebutuhan militer, dikutip dari Business Insider.
Dalam pidato pada Agustus lalu, Wakil Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Kathleen Hicks mengatakan teknologi drone berbasis AI akan membuat negara yang dipimpin Joe Biden tersebut unggul dibandingkan kekuatan militer China.
“Kita akan melawan pasukan China dengan pasukan kita. Namun, pasukan kita lebih sulit diakali, sulit dijatuhkan, sulit dikalahkan,” kata dia, menurut laporan Reuters.
Sekretaris Angkatan Udara AS Frank Kendall mengatakan drone berbasis AI akan memiliki kemampuan untuk membuat keputusan militer di bawah supervisi manusia.
Pada Oktober lalu, The New Scientist mengatakan drone yang dikontrol AI telah dikerahkan dalam perang Ukraina melawan invasi Rusia. Namun, tak jelas seberapa besar dampaknya kehancurannya. Pentagon tak segera menanggapi permintaan konfirmasi. https://merupakan.com/